All Operator |
|
|
Marketing Support |
|
|
Calendar |
« May 2009 » | Su | Mo | Tu | We | Th | Fr | Sa | | | | | | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 |
|
|
|
Main » 2009 » May » 2 » Sebuah Pelatihan Untuk Mati Sukses
11:30 AM Sebuah Pelatihan Untuk Mati Sukses |
Rasululullah s.a.w bersabda: “Bila hati seorang sudah dimasuki Nur, maka itu akan menjadi lapang dan terbuka.” Setelah mendengar ucapan Rasulullah s.a.w. itu orang banyak bertanya: “Apakah tandanya hati yang lapang dan terbuka itu ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: “Ada
perhatiannya terhadap kehidupan yang kekal di akherat nanti, dan timbul
kesadaran dan pengertian terhadap tipu daya kehidupan dunia sekarang
ini, lalu dia bersedia menghadapi mati sebelum datangnya mati.” (H.R.
Ibnu Jurair)
Bersedia menghadapi mati sebelum datangnya mati
adalah pelajaran luar biasa berhikmahnya dari hadits ini. Statement ini
mengisyaratkan kepada kita untuk berlatih mati dalam rangka menghadapi
proses kematian, agar dapat mati dalam keadaan sukses.
Lalu bagaimanakah bentuk sukses dari sebuah kematian itu? Berbicara mengenai hal ini, Nabi Ibrahim berpesan kepada anak-anaknya:
“Janganlah
sampai kamu meninggal dunia padahal kamu tidak menyerahkan dirimu
(Total Submission) kepada ALLAH.” (Q.S. Ibrahim : 152)
Orang
yang menyerahkan diri secara total kepada ALLAH adalah orang yang dekat
kepada-NYA, oleh karena itu kematiannya adalah sebuah kesuksesan.
“Adapun
bila yang meninggal itu adalah orang-orang yang mendekatkan diri
(kepada ALLAH). Maka (kematian baginya) adalah lega, semerbak dan
nikmat sekali.” (QS. Waqi’ah : 89-90)
Ibrahim a.s.
mengisyaratkan bahwa kematian yang sukses adalah kematian dalam keadaan
“penyerahan diri secara total kepada ALLAH semata”. Karena memang:
“Sesungguhnya hidupku dan matiku hanyalah untuk ALLAH semata. (QS. Al An’am : )
Tentang Sukses Kematian, Rasulullah bersabda:
“Siapa yang suka menemui ALLAH, ALLAH suka menemuinya, dan barang siapa benci menemui ALLAH, ALLAH benci pula menemuinya.”
Setelah
mendengar sabda Rasulullah ini banyak para sahabat yang menangis.
Melihat itu Rasulullah bertanya kepada mereka, kenapa menangis? Mereka
menjawab: “Semua kami membenci mati ya Rasulullah. Maka berkatalah
Rasulullah:
“Bukan demikian yang dimaksud, tetapi adalah ketika menghadapi sakaratil maut.”
Sebagaimana
kehidupan yang indah, kematian yang indah adalah kematian dengan
kondisi jiwa penuh dengan ke-“Tauhid”-an. Jiwa yang dipenuhi dengan
menafikan segala bentuk penuhanan terhadap sesuatu selain ALLAH dan
terus-menerus meneguhkan (isbatkan) penuhanan kepada ALLAH semata-mata.
Karena:
Lailaha ilalloh adalah ucapan AKU Lailaha ilalloh adalah AKU Lailaha ilalloh adalah benteng AKU. Siapa yang masuk dalam benteng AKU dengan mengucap Lailaha ilalloh lepas dari aniaya-KU. (Hadits Qudsi)
Dalam
hidup berbekal Tauhid, dalam menghadapi sakaratul maut berbekal Tauhid,
jiwa pergi dari jasad membawa Tauhid. Jika kesadaran telah dipenuhi
dengan “Tauhid” kehidupan kita akan bebas dari aniaya ALLAH, demikian
juga dengan kematian kita.
Oleh karena itu seperti
diriwayatkan oleh Muslim dari Sa’id Al-Khudri r.a beliau berkata :
“Saya mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: “Talkinkanlah olehmu
orang yang mati di antara kamu dengan kalimat La ilaha illallah. Karena
sesungguhnya, seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika
matinya, maka itulah bekalnya menuju surga.”
Masuk ke dalam
benteng SANG AKU: Lailaha ilalloh, tentunya bukan sekedar ucapan lisan
saja. Akan tetapi telah diyakini dengan qalbu dan telah disaksikan
dengan sepenuh jiwa. Dengan kondisi kesadaran yang demikian maka qalbu
menjadi terbersihkan dari segala kotoran-kotoran dosa, selalu terisi
dengan keimanan, ingatan selalu tertuju kepada ALLAH dan sikap jiwa
dalam keadaan berserah diri total kepada ALLAH, sebagai pemilik hidup
kita. Penyerahan diri dengan kesadaran kepada ALLAH Yang Maha Esa.
Seperti
dikatakan oleh Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali (wafat 1111): “At Tauhid
al-khalis an layaraha fii kulli syai’in ilallah” (Tauhid sejati adalah
penglihatan atas Tuhan dalam segala sesuatu).
Dengan Tauhid ini,
manusia menjadi sadar kedudukannya bahwa tubuhnya adalah semata-mata
bentuk Kuasa ALLAH (melihat Tuhan dalam tubuhnya), sebagaimana alam
semesta raya. Harus kembali kepada-NYA dalam posisi tunduk patuh
sebagaimana tunduk patuhnya alam semesta. Semua adalah bentuk Kuasa
ALLAH, Energi ALLAH, Daya ALLAH karena sesungguhnya: La haula walaa
quwwata illa billahil aliyyil adziem.
Dengan Tauhid pula
manusia sadar bahwa, hidup yang ada didalam dirinya (melihat Tuhan
tidak terpisahkan dari hidupnya), yang menyebabkan badan bisa hidup
bergerak serta membuatnya menjadi makhluk sadar adalah roh yang berasal
dari-NYA – “Min Ruhi” atau Roh SANG AKU. Milik-NYA semata-mata dan
aksioma akan kembali kepada-NYA. Tidak ada rasa peng-“aku” an atas
hidup, jiwa dan roh yang ada di dalam badan ini. Ia adalah milik-NYA
dan akan kembali kepada-NYA. Dengan kondisi psikologis yang
demikian orang akan lebih tenang dengan bertawakal kepada ALLAH semata
dalam menghadapi situasi kritis saat ajal menjemput. Karena ia telah
sadar bahwa:
o Mati adalah untuk kembali ke Asal atau Sumber dari hidup, yaitu ALLAH o Mati adalah perjalanan menuju ALLAH o Mati adalah saat menemui ALLAH o Mati adalah Bersaksinya roh atas Wajah ALLAH o Mati adalah untuk Merasakan Kedekatan/ Kesatuan dengan ALLAH
Pelatihan Mati Sukses, Seperti
Jawaban Rasulullah kepada para Sahabatnya: “Ada perhatiannya terhadap
kehidupan yang kekal di akherat nanti, dan timbul kesadaran dan
pengertian terhadap tipu daya kehidupan dunia sekarang ini, lalu dia
bersedia menghadapi mati sebelum datangnya mati.”
Jika kita
simak hadits nabi tersebut, Rasulullah telah memberikan motivasi kepada
kita tentang bagaimana hendaknya umatnya melakukan latihan untuk
menghadapi mati sebelum datangnya kematian, agar dapat sukses ketika
menghadapinya nanti.
Mengenai hal ini, Haji Slamet Oetomo
Blambangan berkenan berbagi pengetahuan dan best practicenya kepada
kita dalam menghadapi kematian. Saya senang menyebutnya dengan istilah
pelatihan mati khusyuk.
Proses pelatihan ini berangkat dari filosofi tentang Hakikat manusia yang diajarkan Tuhan melalui al qur’an. o
Yang pertama, kematian itu adalah proses kembali menemui Tuhan sama
dengan sholat, dzikir atau itikaf. Oleh karena itu kita posisikan
Kesadaran sesuai dengan surat: Al ‘Araf : 29 : " Dan (katakanlah):
"Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah
dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah
menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali
kepadaNya)." Meluruskan muka atau diri adalah menumpahkan dan
memusatkan seluruh perhatian kepada ALLAH semata. Dan dibekali dengan
keikhlasan dengan tingkat kesadaran seperti dinyatakan qur’an :
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al An’am : 162). Dan
seperti dijadikan pada mulanya yaitu bayi lahir, bayi itu suci, tidak
merasa bisa tidak merasa pandai bahkan dipanggil namanya tidak
tahu/bodoh. Semua yang ada nikmat ALLAH, kepunyaan ALLAH harus kembali
kepadaNYA seperti pada mulanya yaitu seperti bayi lahir suci, perasaan
tidak bisa apa-apa. Berserah diri total.
o Yang kedua, Tahu
Tujuan Kematian. Tidak lain adalah Tuhan Semesta Alam – ALLAH. Tuhan
seperti yang dijelaskan dalam surat Al Iklash: “Tuhan ALLAH Yang Maha
Esa. Tuhan ALLAH tempat meminta. Dia tidak beranak dan tidak pula
dilahirkan sebagai anak. Dan tidak ada sesuatupun yang ada persamaannya
dengan DIA.” (Al –Iklash ) Al Fajr 27-28 dan Tuhan yang
dijelaskan dalam surat Fushilat : 54 : “Bukankah mereka masih dalam
keraguan tentang pertemuan dengan Tuhannya? Bukankah DIA-NYA meliputi
segala sesuatu.”
o Yang ketiga, mati adalah proses menemui
ALLAH. Tidak lain adalah proses mendekatkan diri kepada ALLAH. Proses
mendekatkan diri kepada ALLAH adalah proses menjalankan jiwa kepada
tujuannya , yaitu ALLAH. Dalam proses kematian, yang berjalan adalah
jiwa dengan min ruhinya, bukan pikiran atau hati. Seperti Firman ALLAH:
“Wahai jiwa yang tenang masuklah kedalam Surga-KU”. Adalah jiwa dengan
min ruhinya, bukan badan, pikiran dan hati. Saat kematian, seyogyanya
jiwa dijalankan kepada ALLAH dengan terus mengingat ALLAH (seperti yang
telah diuraikan dalam buku ON-LINE dengan ALLAH). Dengan ingat kepada
ALLAH, jiwa akan semakin meluncur mendekat kepada ALLAH. Pada posisi
in, dalam batin hendaknya juga dikembangkan “Baik Sangka” kepada ALLAH,
sebab sikap yang demikian akan menuntun kepada keadaan yang menjadi
persangkaan kita. Sesuai dengan rumus “AKU adalah menurut persangkaan
hamba-KU tentang AKU dan AKU bersama dia bila dia memanggil AKU”.
o
Yang Keempat, menyadari eksistensi sebagai manusia. Bahwa tubuh manusia
sebagai prototipe alam semesta adalah bentuk Kekuasaan ALLAH yang Maha
Dasyhat, Maha Luar Biasa. Sedangkan jiwa manusia dengan min ruhinya
adalah berasal dari ALLAH, secara ilahiah adalah SATU dengan ALLAH.
Oleh karena itu harus disadari bahwa tubuh ini bukan tubuh milik kita
akan tetapi Kuasa ALLAH, dan jiwa ini adalah min ruhi – Roh milik
ALLAH. Disini kedirian menjadi lenyap karena yang ada hanya Kuasa ALLAH
dan Roh ALLAH keduanya adalah milik ALLAH aspeknya ALLAH. Aksiomatis
kembali kepada ALLAH.
o Yang kelima, lihatlah kembali ke diri
kita manusia. Perhatikan keluar masuknya nafas itu adalah pertanda
adanya hidup adanya roh dalam tubuh sehingga hidup bergerak, itu adalah
kinerja-NYA ALLAH, perbuatan-NYA ALLAH. Keluar masuknya nafas adalah
tanda adanya hidup-NYA ALLAH yang ada dalam tubuh, adanya min ruhi, Roh
ALLAH yang meresapi seluruh tubuh ini. Roh ALLAH yang meresapi seluruh
Qudrat ALLAH – tubuh. Selanjutnya Perhatikan juga sang otak yang netral
– sebagai jembatan antara roh yang metafisika dan tubuh yang fisika.
Yang bertugas sebagai regulator kesadaran manusia, berikan informasi
yang benar kepada otak, install informasi tentang kebenaran ketuhanan.
Sehingga hiduplah manusia dengan kesadaran berketuhanan secara
benar:”Tiada Tuhan selain ALLAH dan Muhammad adalah utusan ALLAH”.
o
Yang Keenam, dengan kesadaran yang telah diperoleh kini serahkanlah,
kembalikanlah, dudukkan pada posisi yang sebenarnya - segala eksisensi
yang ada kepada SUMBER nya, kepada PUSAT nya, kepada ALLAH. - Tubuh, Pikiran, Hati adalah Qudrat ALLAH kembali kepada pemilik Qudrat yaitu ALLAH - Jiwa dengan minruhinya adalah milik ALLAH kembali kepada ALLAH - Rasa Ingat/ Rasa Jati/ Rasa ber Tuhan kembali kepada ALLAH - Semua kembali kepada ALLAH
Diposkan oleh
Bhre tandes
|
Views: 651 |
Added by: hftcenter
| Rating: 0.0/0 |
|
|
HFT Page Rank |
|
|
Info Center |
|
|
|