All Operator |
|
|
Marketing Support |
|
|
Calendar |
« May 2009 » | Su | Mo | Tu | We | Th | Fr | Sa | | | | | | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 |
|
|
|
Main » 2009 » May » 2 » Model Manusia Ilahi
11:34 AM Model Manusia Ilahi |
“Sesungguhnya AKU hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi” (QS. Al Baqarah : 30)
Sejarah Singkat Penciptaan Manusia Seorang
anak kecil bertanya kepada mamanya : “Mama, darimana aku berasal?
Bagaimana aku bisa muncul seperti ini? Mengapa ada aku, ada mama dan
ada apa? Mama, apakah sama aku dengan anak kucing itu? “
Pertanyaan-pertanyaan
polos anak kecil tersebut, sesungguhnya adalah pertanyaan-pertanyaan
yang mempunyai makna mendalam. Pertanyaan yang menunjukkan kualitas
spiritual yang tinggi. Pertanyaan tentang Hakikat Eksistensi Diri
Manusia.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk spiritual
karena selalu terdorong oleh kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan
“mendasar” atau “pokok”. Mengapa saya dilahirkan? Apakah makna hidup
saya? Buat apa saya melanjutkan hidup saat saya lelah, depresi atau
merasa terkalahkan? Apakah yang dapat membuat semua berharga? Kita
diarahkan, ditentukan oleh suatu kerinduan yang sangat manusiawi untuk
menemukan makna dan nilai dari apa yang kita perbuat dan alami (Zohar D
& Marshall I, 200)
Memahami Asal-usul manusia: Langkah awal pengenalan diri.
Untuk
memahami hakikat eksistensi kita sebagai manusia, tidak akan bisa
dilepaskan dengan pertanyaan-pertanyaan: Dari mana kita berasal?
Bagaimana asal-usul kita dalam ruang-waktu semesta ini? Apakah asal
kita atau Sumber kita? Kemanakah akhir dari eksistensi kita?. Adalah
mustahil memasuki kesadaran spiritualitas tanpa mempertimbangkan
isu-isu “Asal-Tujuan Kejadian” kita (Sangkan Paraning Dumadi dalam
bahasa Jawa). Dalam bab ini, saya akan menjelaskan sebuah model tentang
diri yang lebih holistic dan spiritual, yaitu Model yang saya
istilahkan dengan model “Manusia-Tuhan”. Namun, tidaklah mungkin
melakukan pembahasan tentang model ini tanpa merenungkan terlebih
dahulu bagaimana manusia diciptakan. Kisah-kisah Penciptaan ini
merupakan bagian implicit dari cara kita mengenal diri kita sendiri dan
cara kita menilai eksistensi kita.
Oleh karena itu sebagai
pengantar ke pemahaman Model diri “Manusia-Tuhan”, saya akan uraikan
secara singkat sejarah penciptaan manusia. Saya akan menyajikannya
dengan bingkai kerangka pemikiran Ronggowarsito (dalam buku Hidayat
Jatinya). Narasi singkat ini disajikan sebagai pengantar bagi
penjelasan mengenai Model diri “Manusia-Tuhan” yang akan saya
perkenalkan kepada pembaca dalam buku ini.
Narasi singkatnya adalah sebagai berikut:
Semua berawal dari Kekosongan,
Sesungguhnya tidak ada apa-apa, karena waktu masih masih kosong, belum
ada sesuatu, yang ada adalah AKU. Tidak ada Tuhan melainkan AKU,
hakikat Dzat (Esensi) Yang Maha Suci, Yang Meliputi Sifat-KU, Yang
Menyertai Nama-KU, dan MenAndai Perbuatan-perbuatan-KU. (Hidayat Jati : Ajaran Adanya Dzat)
Kekosongan Yang Demikian dilukiskan juga oleh Tradisi-Tradisi lain, misalkan
o
Dalam kitab Kejadian 1 : 1-2 juga dijelaskan bahwa : “Pada mulanya,
Dunia belum terbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudra raya.” o
Orang-orang Buddha menyebutnya dengan “Sunyata”, “Kekosongan”:
“Mengatakan bahwa DIA ada itu salah. Mengatakan bahwa DIA tidak ada
juga salah. Hal yang paling baik adalah tidak mengatakan apapun
mengenai-NYA”. o Tradisi Tao menyebutkanNYA sebagai Tao Yang Tidak bernama. “Hal Yang Tidak Bernama adalah permulaan dari Langit dan Bumi”.
Hadits Qudsi menyatakan bahwa Yang Ada dalam Keadaan Awal ini adalah SANG AKU:
“AKU adalah Perbendaharaan Tersembunyi.”
Dan, Sesungguhnya
AKU adalah Dzat (Esensi) Yang Maha Kuasa, Yang Berkuasa Menciptakan
Segala Sesuatu, terjadi dalam Seketika, Sempurna dari Kuasa-KU, adalah
pertanda nyata bagi Perbuatan-KU. Mula-mula yang AKU ciptakan adalah
pohon bernama sajaratul yakin. Tumbuh dalam alam ‘adam-makdum
azali-abadi. Setelah itu Cahaya bernama Nur-Muhammad, cermin bernama
mir’atul hayai, nyawa disebut roh idlafi, pelita bernama kandil,
permata bernama dharrah, dan dinding jalal bernama hijab, yang menjadi
penutup bagi, yang menjadi penutup bagi Hadirat-KU. (Hidayat Jati :
Keterangan tentang Kejadian DZAT)
Ditengah Kekosongan Awal ini
“SANG AKU”- “Sang Perbendaharan Tersembunyi” tercekam perasaan Gundah
didalam DIRI-NYA, DIA ingin/ cinta untuk dikenal maka “SANG AKU “
melepaskan kegundahan dalam DIRI-NYA dan terciptalah sang kosmos.
“AKU ingin/cinta untuk dikenal, maka AKU ciptakan alam semesta”. (Al –Hadits)
Dengan
berkata Kun, “SANG AKU” mengubah segala Potensialitas menjadi
Aktualitas. Seperti di katakan dalam Taurat & Injil: “Tuhan
Berfirman, ‘Jadilah Terang’, maka terang itu jadi. Lalu dipisah-NYA
terang itu dari gelap.”
Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk dalam kegelapan, kemudian dia limpahkan atas mereka secercah cahaya-Nya.” (Hadits Nabi) Dengan
mempergunakan cahaya-Nya, Rabbul ‘Alamin mendzahirkan tujuh petala
langit dan bumi. Tanpa cahaya-Nya seluruh ciptaan akan berada dalam
kegelapan. Kehadiran cahaya Allah merupakan syarat utama atau sebab
awal bagi tegaknya kaun (semesta) langit dan bumi. Maka,
terpancarkanlah Daya Kuasa-NYA (Energi-NYA) Pertama (Sajaratul
Yakin/Energi/Hayyu/Hidup/Tao/Atman) yang merupakan gelombang Energi-NYA
(Nur-Ilahi) dalam bentuk diskrit-diskrit “Energi Primordial” (yang
disebut oleh kaum sufi dengan istilah Nur Muhammad).
“Sesuatu
terbentuk secara misterius. Dilahirkan sebelum langit dan bumi, di
tengah kesunyian dan kekosongan, berdiri sendiri dan tidak berubah……….”
(Tao Te Ching, 25)
Nur Muhammad atau Muhammadton adalah “Energi
Primordial” yang daripadanya segala wujud terbentuk, baik wujud Fisika,
wujud Metafisika dan Roh Universal.
“Aku (Nur Muhammad)
berasal dari Nur Ilahi (Pancaran Energi-NYA), dan seluruh semesta alam
berasal dari padaku (Nur Muhammad).” (Hadits riwayat Jabir)
Pada
tingkat awal ini Nur Muhammad sebagai “Energi Primordial Semesta Alam”
ini memenuhi segalanya, merupakan ke-SATU-an yang mengandung kejamakan
secara global. Tidak ada materi, belum ada waktu dan belum ada ruang,
serba – seragam belum nyata batas-batas pemisah antara satu dengan
lainnya.
Cahaya Langit dan bumi ini adalah Cahaya Tuhan, seperti dinyatakan dalam qur’an:
“ALLAH
adalah Cahaya Langit dan Bumi; perumpamaan cahaya-NYA itu seperti
lubang yang tak tembus yang didalamya ada pelita, pelita itu dalam kaca
dan kaca itu seakan-akan bintang yang cemerlang, yang dinyalakan dengan
minak dari pohon yang banyak berkahnya yaitu pohon zaitun, yang tumbuh
tidak di timur dan tidak dibarat, yang minyaknya memberi cahaya
sekalipun tidak disentuh api.” (QS. An Nuur : 35)
Selanjutnya
Nur Muhammad ini mengalami runtuh simetri spontan menjadi Energi
Fundamental Fisika dan Energi Fundamental Metafisika.
“Pada hari kedua, Tuhan memisahkan dunia menjadi dua – bumi yang luas dibawah dan kubah garis langit diatas.” (Kejadian 1 : 6-8)
“………….bahwasanya
Keduanya dahulu adalah suatu yang padu (SATU KESATUAN), kemudian KAMI
pisahkan diantara keduanya.” (QS. Al Anbiyaa’ : 30)
“Tao melahirkan satu anak, Satu anak melahirkan dua.” (Tao Te Ching, 42)
Energi
Fundamental Fisika selanjutnya membentuk pilinan energi yang disebut
“superstring” sebagai cikal bakal alam semesta fisika.
Energi
Fundamental Metafisika selanjutnya menyusun alam ghaib – membentuk
mahkluk-makluk metafisika seperti malaikat & iblis.
Selanjutnya
“superstring” membentuk materi dan energi fisika. Sementara itu
manifestasi Kekuatan Cinta (Penyatuan) berupa Gravitasi. Begitu kuatnya
Kekuatan ini -tidak ada sesuatupun yang bisa lepas dari cengkeramannya,
sehingga menyebabkan massa semesta fisika terkonsentris pada SATU pusat
dan kemudian terjadilah apa yang disebut dengan “Big Bang” atau
Dentuman Besar. Maka lahirlah alam semesta Fisika. Dan alam semesta pun
menjadi mengembang sampai kini (expansi kosmos). Seperti kata Qur’an :
“Dan langit itu KAMI bangun dengan kekuasaan KAMI, dan KAMI
meluaskannya.” (Q.S. Adz Dzaariyat : 47) maka: Terciptalah materi,
ruang dan waktu. Alam Semesta Fisika mulai riuh dengan “GERAK” yang
ditandai dengan siklusnya dengan pola mulai (Brahma), proses (Vishnu)
dan akhir (Shiva) yang terus-menerus.
Suhu semesta fisika
lambat laun menjadi turun, sehingga memungkinkan terbentuknya partikel
primordial nuklir seperti proton dan neutron. Sampai suatu ketika
membentuk unsure-unsur dasar yang selanjutnya membentuk “Dukhan”
(Nebula).
Dari “Dukhan” inilah terbentuk segala benda-benda
angkasa; Galaksi-galaksi beserta isinya. Yang pada tahap berikutnya
membentuk tata-surya dengan planet-planetnya.
Evolusi alam
semesta fisika sampai pada tahapan terbentuknya Tata surya kita dengan
Matahari sebagai Pusatnya dan bumi kita sebagai anggotanya.
Bumi
kita, planet yang istimewa terbentuk dengan struktur yang lengkap
dengan materi padat, cair, gas dan dilimpahi energi. Sampailah pada
suatu saat membentuk struktur-struktur kompleks-senyawa-senyawa ini
dengan komposisi dominant air akhirnya membentuk organisme hidup
–“Kehidupan”.
“Dan daripada air, KAMI jadikan segala sesuatu yang hidup,”(Q.S. Al Anbiyaa’ : 30)
Kita
semua mengetahui bahwa badan dari semua organisme hidup pada umumnya
terdiri dari 67 % molekul air, sedangkan sisanya adalah molekul-molekul
lain seperti protein (15%), lipids (15%), asam nukleat (<1 %), dan
karbo hidrat (1%) membentuk 96 % dari seluruh molekul yang ada dalam
badan suatu organisme hidup sedangkan mineral hanya sekitar 4 % saja
(T.D. Singh, 2004).
Seluruh organisme hidup telah muncul di
bumi, namun tak satupun mempunyai Kecerdasan yang sempurna dan mewakili
secara utuh Potensialitas SANG AKU, tidak ada yang bisa berbicara
meniru Sabda-NYA, tdak ada yang kreatif seperti Kreatifitas-NYA, tidak
ada yang berkemauan bebas mirip dengan-NYA - sehingga DIA –“SANG AKU”
benar-benar dapat dikenal sebagaimana Keinginan-NYA untuk dikenal.
Belum ada yang dapat memanifestasikan Sifat-Sifat-KU secara sempurna
sehingga “DIRI-KU” yang sesungguhnya dapat dikenal.
Sampailah pada babak penciptaan manusia. “Sebenarnya
manusia itu adalah rahsa-KU, dan AKU adalah rahsa manusia, karena AKU
menciptakan Adam berasal dari empat macam unsure : tanah (materi
padat), api (energi), hawa (materi gas) dan air (materi cair). Kesemua
itu menjadi aktualisasi Sifat-Sifat-KU. Lalu AKU masukkan ke dalamnya
mudharoh (muhdats) lima macam : Nur, Rahsa, Roh, Nafsu, Budi, yang
merupakan tutup bagi Wajah (Esensi)-KU Yang Maha Suci.” (Hidayat Jati :
Uraian Keadaan DZAT)
Bahwa : Dia menciptakan manusia, (QS. 55:3)
Sesuai dengan teks-teks suci dalam berbagai tradisi:
“Maka dirupakan oleh ALLAH manusia itu dari debu dan tanah dan dihembuskannya nafas hidup…..” (Kejadian 2 : 7)
“Dan
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Aku akan
menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.” (Q.S. Al Hijr : 28)
Adonan materi
padat yang mengandung air dan udara dengan energi-NYA diubah-NYA lah
menjadi tanah liat kering yang berbentuk (berpola dengan konfigurasi
dan dimensi yang seimbang). Bahan dasar yang berupa tanah liat kering
di bentuk menurut Citra-NYA/Pola-NYA/Gambar-NYA. Inna’llaha khalaqa
Aadama ‘alaa shurati:
“Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-NYA.” (Hadits Qudsi)
“Maka
dijadikan ALLAH akan manusia dari citra-NYA, yaitu diatas peta (citra)
ALLAH dijadikan ia, maka dijadikanNYA mereka laki-laki dan perempuan.” (Kejadian 1.2 : ayat 27)
Seorang
Fisikawan Indonesia, Sandi Setiawan dalam bukunya “Gempita Tarian
Kosmos” menyatakan bahwa seandainya Tuhan menciptakan Adam dengan
mekanisme E = mc2, maka DIA membutuhkan energi 1000 megaton atau satu
juta kilo ton. Kita bisa bayangkan betapa dasyatnya Energi Tuhan yang
tersimpan dalam diri manusia (setara dengan 100000 kali kekuatan bom
atom yang dijatuhkan di Hiroshima yang ‘hanya’ sekitar 10 kilo ton).
Selanjutnya
setelah sempurna kejadiannya, evolusinya, wujud biologisnya, lengkap
dengan segala instrumennya dan tiga Wahana Tempat Manifestasi
Kesadaran, yaitu:
o Kepala sebagai Wahana Kesadaran Cipta o Dada sebagai Wahana Kesadaran Karsa o Kemaluan sebagai Wahana Kesadaran Rasa
Sempurnalah kejadiannya, bentuk dan sistem-sistemnya - maka SANG AKU-pun:
“…………meniupkan ruh-KU,…...” (QS. Al Hijr : 29)
“……….dihembuskan nafas hidup…..” (Kejadian 2 : 7)
Min
Ruhi – Roh “SANG AKU” - Roh-NYA, Roh yang berasal daripada-NYA:
mengandung esensi Ilahiah yaitu Energi Hidup-NYA (Hayyu) yang
dipancarkan dalam bentuk kuanta-kuanta Energi berupa Nur Muhammad atau
Nur. Energi Tuhan ini membuat badan atau tubuh material menjadi hidup,
bergerak dan tumbuh sehingga muncul kehidupan biologis.
Min-ruhi
pada hakikatnya adalah Roh Universal yang dimasukkan Tuhan ke dalam
tubuh manusia. Roh Universal yang berasal dari Energi Hidup (Hayyu)
dari SANG AKU (Tuhan), menyebabkan tubuh material menjadi hidup,
berkembang dan menjadi jalanlah fungsi biologis maupun psikisnya. Min
ruhi masuk dan meresapi seluruh tubuh materi sehingga otak bisa
bekerja, mata bisa melihat, telinga bisa mendengar, lidah mengecap,
jantung berdetak dan nafas keluar masuk. Roh juga yang menimbulkan
Kesadaran Psikis yang disebut jiwa (nafs, roh individual).
Setelah
berinteraksi dengan tubuh materi, Roh Universal atau min-ruhi yang
bersifat metafisika (non-materi) selanjutnya membentuk alam-alam
Kesadaran Manusia secara berlapis-lapis, dari dalam ke luar sebagai
berikut:
o Ruh Individual (Suksma/ Jiwa/ Soul) adalah basis dari Kecerdasan Spiritual – SQ o Nafsu (Emosi) adalah basis dari Kecerdasan Emosioanal - EQ o Budi (Pikiran) adalah basis dari Kecerdasan Intelektual – IQ
Energi
Hidup ini ketika meresapi otak manusia akan menimbulkan Kesadaran
berupa Kecerdasan Intelektual (IQ) atau Budi, Kecerdasan Emosional (EQ)
atau nafsu, dan Kecerdasan Spiritual (SQ) atau jiwa (sukma) - sehingga
muncul kehidupan psikis. IQ membuat manusia mampu memecahkan masalah
logika dan strategis. EQ memberi kesadaran mengenai perasaan milik
sendiri dan juga perasaan milik orang lain. EQ memberi kita rasa
empati, cinta, motivasi, dan kemampuan menanggapi kesedihan dan
kegembiraan secara tepat. SQ memberikan kemampuan pada manusia untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih dalam dan kaya. SQ memungkinan manusia untuk menjadi kreatif,
mengubah aturan dan situasi. SQ memberikan kita kemampuan untuk
membedakan, memberi rasa moral, bergulat dengan ikhwal baik dan jahat,
serta memungkinkan untuk membayangkan kemungkinan yang belum terwujud –
untuk bermimpi, bercita-cita, dan mengangkat diri kita dari kerendahan
kepada kemuliaan. SQ lah yang membuat manusia menjadi benar-benar utuh
secara intelektual, emosional, dan spiritual.
Otak manusia
dengan segala perlengkapannya adalah medium yang menjembatani dimensi
jasmani (tubuh) dan ruhaniah manusia (roh) – sarana penghubung antara
unsur manusia yang bersifat fisika dan unsur yang bersifat metafisika.
Oleh karena itulah otak mempunyai peran penting dalam kehidupan
biologis maupun psikis manusia. Dalam otak; fungsi hidup biologis dan
hidup psikis bertemu.
Misteri Otak Manusia, Otak merupakan
organ tubuh yang paling kompleks. Otak memproduksi pikiran-sadar yang
menakjubkan, kesadaran akan diri dan lingkungan, serta kemampuan untuk
melakukan pilihan bebas dalam berhadapan dengan dunia. Otak juga
menghasilkan dan menstrukturkan pemikiran kita, memungkinkan kita
memliki perasaan dan menjembatani kehidupan spiritual – kesadaran akan
makna, nilai, konteks yang sesuai untuk memahami pengalaman. Otak
memberi kita kemampuan dalam peradaban, persentuhan, penglihatan,
penciuman, dan berbahasa. Ia merupakan tempat penyimpanan memori kita.
Ia mengendalikan detak jantung, laju produksi keringat, laju
pernafasan, dan berbagai fungsi lain. Jaringan-jaringan sarafnya
menjangkau sarafnya menjangkau ke seluruh bagian tubuh. Otak menjadi
jembatan antara kehidupan batin dan dunia lahiriah kita.
Struktur
otak secara jasmaniah berelasi dengan kehidupan psikis manusia. Otak
bagian kiri berkaitan dengan proses berpikir logis, otak bagian kanan
berurusan dengan persoalan kreativitas.
Dalam bagian
dalam/tengah otak (Talamus) ada jenis otak yang mirip dengan struktur
otak binatang bertulang belakang tingkat rendah, seperti ikan dan
reptil, pada bagian tengah ada bagian otak yang mirip dengan otak
mamalia (mammalian brain) yang dikenal dengan system limbic. Kedua
bagian otak ini mengendalikan dorongan-dorongan instinct hewani
manusia. Apabila manusia didominasi oleh reptilian brain maka manusia
akan cenderung berperilaku seperti reptile seperti; menyelenggarakan
instinct territorial, kekuasaan untuk menaklukkan, naluri seksualitas,
agresifitas, perilaku ritual dan resistensi terhadap perubahan.
Kesemuanya adalah ciri-ciri kesadaran pada tingkat reptilian mind yang
terdiri dari tingkat kategori:
1. Dorongan mempertahankan diri yang (Luwamah). 2. Dorongan penguasaan/ penaklukan yang melebihi keperluan mempertahankan diri (Amarah). 3. Dorongan seksualitas (Supiah).
Sementara
otak limbic yang mirip dengan mammalian brain yang dimiliki oleh
binatang-binatang seperti tikus, kuda, gajah, marmot. Otak ini mencatat
pengalaman enak dan tidak enak dan menimbulkan rangsangan emosional
yang kuat seperti perasaan senang dan tidak senang, sayang dan benci,
daya tarik dan agresi, harapan dan kekhawatiran, gembira dan sedih.
Dalam terminologi Ronggowarsitan corak emosi yang demikian disebut
dengan istilah Mutmainah. Kesadaran Mutmainah semacam ini dapat
dijumpai pada binatang menyusui, seperti perilaku anjing yang
menunjukkan kesedihan ketika anaknya mati serta bagaimana mamalia dan
burung mengasihi anak-anaknya.
Dalam diri manusia ada kualitas
hewani, yang konfigurasinya tersusun dengan empat komponen insting
dasar: Luwwamah, Amarah, Sufiah dan Mutmainah. Keempat komponen ini
bersama-sama dengan pikiran sadar akan membentuk apa yang disebut
dengan Karsa: motivasi bertindak manusia atau dorongan manusia
berperilaku.
Otak limbic yang memunculkan emosi itu erat
sekali dengan system endokrin, khususnya kelenjar pituiri. Kelenjar –
kelenjar endokrin itu mengeluarkan hormon-hormon untuk dialirkan ke
dalam darah, dan mengatur fungsi tubuh seperti: pertumbuhan,
metabolisme, pencernaan, tingkat energi, suhu tubuh, seksualitas dan
juga mempengaruhi pikiran.
Selain lapisan dalam (reptilian
brain) dan tengah (limbic system), otak manusia mempunyai struktur
terluar yang di namakan dengan Cortex (Neo-Cortex). Bagian otak ini
menempati 85 % dari seluruh otak manusia. Dengan karunia ini manusia
mampu berpikir maju – merencanakan hari esok – menyimpan ingatan secara
lebih lama, kemampuan memecahkan masalah dan berpikir logis. Sehingga
mampu mengendalikan dorongan-dorongan dari dua bagian otak lainnya.
Neo-Cortex yang terdiri dari beratus juta sel saraf berkembang,
selanjutnya membentuk dua bagian otak dengan spesialisinya
masing-masing. Pada binatang kedua bagian otak ini fungsinya belum
terspesialisasi. Pada manusia kedua sisi otak ini mempunyai fungsi
masing-masing secara berbeda. Sistem saraf dihubungkan ke otak seperti
model ‘crossed – over’, dimana belahan otak kiri mengendalikan tubuh
sebelah kanan sedangkan belahan otak kanan mengendalikan tubuh sebelah
kiri. Kedua belahan otak tersebut di hubungkan oleh “Corpus Collasum”,
secara dominant berhubungan dengan tipe aktivitas mental berbeda.
Sifat
otak kiri adalah analitis, verbal, merumuskan, menyusun secara urut,
linier dan objektif. Berbeda dengan ota kiri, belahan otak kanan
mempunyai sifat yang tidak pernah bicara, tetapi membayangkan,
memandang segala sesuatu secara holistic, menciptakan metapora-metapora
dikombinasikan ide-ide, apresiatif terhadap musik dan seni, tanpa
terikat waktu.
OTAK : “Sesuatu yang bersifat Netral, tidak akan bekerja jika tidak ada masukan informasi yang diberikan kepadanya.” (Slamet Oetomo-Blambangan)
“Semua
ide datang dari sensasi atau refleksi. Bisa dikatakan bahwa pikiran itu
seperti kertas putih, tanpa karakter, tanpa gagasan.” (John Locke-Filosof barat abad 17)
Misteri
lain dari otak manusia adalah, adanya bagian otak yang memungkinkan
kemampuan manusia untuk berbahasa. Deacon membuktikan bahwa bahasa
adalah kemampuan yang unik pada manusia, suatu aktivitas yang pada
dasarnya bersifat simbolik dan berpusat pada makna, yang berkembang
bersama dengan perkembangan yang cepat dalam cuping-cuping depan otak.
Komputer bahkan monyet yang unggulpun tidak dapat menggunakan bahasa
karena mereka tidak memiliki fasilitas cuping depan otak untuk
menghadapi persoalan makna. Dengan fasilitas inilah, maka: “ALLAH dapat
mengajari kepada Adam seluruh nama-nama dari benda”.
Apa yang
dihasilkan dari Otak tidak lain adalah apa yang disebut dengan Pikiran.
Dari bekerjanya otak menghasilkan tiga cara berpikir, tiga ragam
kecerdasan; berpikir rasional, logis dan taat azas, IQ. Jenis yang lain
memungkinkan kita berpikir asosiatif, yang terbentuk oleh kebiasaan,
dan memampukan kita mengenali pola-pola emosi, EQ. Jenis ketiga
memungkinkan kita untuk berpikir secara kreatif, berwawasan jauh,
membuat dan bahkan mengubah aturan. Kemampuan berpikir yang
memungkinkan kita menata kembali dan mentransormasikan dua jenis
pemikiran sebelumnya, dikenal sebagai SQ. Otak adalah sumber IQ, EQ dan
SQ.
Dari sudut pandang fisika kuantum, seluruh alam semesta
ini – keseluruhan kosmos-berada dalam keadaan bergetar. Pikiran adalah
juga getaran atau energi. Pikiran adalah salah satu bentuk energi yang
paling kuat, yang bergetar dengan salah satu frekuensi yang paling
tinggi. Sama seperti sinar X dan sinar gamma dapat menembus
“benda-benda” padat,” gelombang pikiran dapat menembus bukan hanya
benda-benda padat, tetapi juga waktu dan ruang. Pikiran adalah benda
kuantum, ia menciptakan getaran, impuls energi yang keluar menuju
kosmos dan tinggal disana selamanya. Ketika saya dan Anda memikirkan
sesuatu, pikiran itu sama nyatanya dengan buku yang sedang kita pegang
itu.
Pikiran adalah sesuatu yang sangat menentukan kehidupan manusia, seperti dikatakan Sidarta Gautama bahwa:
“Diri kita adalah akibat dari apa yang sudah kita pikirkan”.
Apa
yang saya dan Anda pikirkan, saya dan Anda hasilkan : Ketika kita
memikirkan pikiran-pikiran positif, kita menarik hal-hal positif kepada
kita. Sebaliknya bila kita memikirkan pikiran-pikiran negative, kita
akan menarik hal-hal negative. Segala sesuatu menarik yang lain, yang
mirip dengan dirinya sendiri. Secara alamiah kita bergerak kea rah yang
kita fokuskan dan menjauh dari sesuatu yang tidak menyerupai pikiran
yang sedang kita pikirkan.
Realitas saat kini atau hidup kita
saat ini adalah hasil dari pikiran-pikiran yang telah kita pikirkan.
Ketika kita ingin mengubah situasi, pertama-tama kita harus mengubah
pemikiran kita. Semua akan berubah begitu kita mulai mengubah pikiran
dan perasaan kita. Pikiran bersifat magnetis, dan pikiran adalah energi
dengan frekuensi tertentu. Jadi ketika, kita memikirkan suatu pikiran,
kita juga menarik pikiran-pikiran serupa ke diri kita. Ketika kita
memikirkan pikiran-pikiran, pikiran-pikiran itu dikirim ke Semesta, dan
secara magnetis pikiran akan menarik semua hal serupa yang berada di
frekuensi yang sama. Segala yang dikirimkan dari pikiran kita akan
kembali ke sumber pembangkitnya-kita sendiri. Kita adalah seperti
sebuah pemancar, yang memancarkan frekuensi-frekuensi dengan
pikiran-pikiran kita. Jika kita ingin mengubah sesuatu di dalam hidup
kita, ubahlah frekuensi dengan mengubah pikiran kita. Pikiran yang
sedang kita pikirkan saat ini sedang menciptakan kehidupan masa depan
kita. Apa yang paling kita pikirkan atau fokuskan akan muncul sebagai
hidup kita. Pikiran kita akan menjadi sesuatu. Pola pikir kita
membentuk kehidupan kita dan menarik kepada diri kita hasil-hasil yang
merupakan refleksi pasti pola pikir itu. Apa yang kita percaya akan
terjadi, benar-benar terjadi. Kita menciptakan pola pikir kita sendiri,
tetapi pada saat yang sama, pola pikir kita menciptakan diri kita.
Adam: Manusia-Ilahi Manusia
(Adam) yang didalamnya mengandung min-ruhi atau Roh Universal,
mempunyai Dimensi Ilahiah – oleh karenanya malaikat sebagai mahkluk
spiritual murnipun diperintahkan bersujud kepadanya.
“Bersujudlah kamu kepada Adam.” (Al A’raf : 11)
Min
ruhi (Ruh-KU) adalah Roh Universal yang tidak lain adalah Rahsa atau
Serr-i Haqq merupakan bentuk turunan (derivative) langsung dari Nur
Muhammad yang membawa Energi (Hayyu-NYA) Tuhan. Disini, manusia
mempunyai posisi yang secara spiritual adalah makhluk yang “Paling
Dekat” dengan “Sumber Segala Eksistensi” atau Tuhan. Disini manusia
adalah makhluk yang secara spiritual hakikat-NYA sangat dekat dengan
TUHAN. Lebih dekat dari apapun. Seperti diuraikan dalam qur’an:
“Dan DIA bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan ALLAH Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Hadiid : 4)
Dengan
anugrah roh dari Yang Maha Suci, manusia mempunyai status spiritual
tertinggi diantara seluruh alam semesta. Bersama itu pula secara
ragawi, manusia adalah struktur organisme hidup yang paling sempurna.
Dan dengan status seperti ini Tuhan mempercayakan padanya suatu misi
suci di alam raya ini. Diatas bumi ini manusia mengemban misi untuk
mewakili Tuhan dan mencerminkan kualitas-kualitas-NYA. Tak satupun
makhluk di alam semesta ini dapat berlaku demikian. Malaikat hanya
merefleksikan sisi terang, Iblis hanya merefleksikan sisi negative dan
semesta alam fisika hanya merefleksikan aspek Dzahir-Nya saja. Harus
ada mahkluk yang merefleksikan Sifat-sifat-NYA secara utuh.
Melalui
manusia, Tuhan meng-“eksoterik”-kan Sifat-Sifat Yang: “Maha Pengasih,
Maha Penyayang, Maha Memiliki/Merajai, Maha Suci, Maha Penyelamat, Maha
Pemelihara Kemanan, Maha Menjaga/Maha Pemberi Kebahagiaan, Maha Mulia,
Maha Perkasa, Maha Megah, Maha Pencipta, Maha Pembuat, Maha Pembentuk,
Maha Pengampun, Maha Pemaksa, Maha Pemberi, Maha Pemberi Rejeki, Maha
Membukakan, Maha Mengetahui, Maha Pencabut, Maha Meluaskan, Maha
Menjatuhkan, Maha Mengangkat, Maha Pemberi Kemuliaan, Maha Pemberi
Kehinaan, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Menetapkan Hukum, Maha
Adil, Maha Halus, Maha Waspada/Maha Pemberi Khabar, Maha Penyantun,
Maha Agung, Maha Pengampun, Maha Pembalas, Maha Tinggi, Maha Besar,
Maha Memelihara, Maha Pemberi Kecukupan, Maha Penjamin, Maha Luhur,
Maha Pemurah, Maha Peneliti, Maha Luas, Maha Mengabulkan, Maha
Bijaksana, Maha Pencinta, Maha Mulia, Maha Membangkitkan, Maha
Menyaksikan, Maha Benar, Maha Memelihara Penyerahan, Maha Kuat, Maha
Kokoh, Maha Melindungi, Maha Terpuji, Maha Peghitung, Maha Memulai,
Maha Mengulangi, Maha Menghidupkan, Maha Mematikan, Maha Hidup, Maha
Berdiri Sendiri, Maha Kaya, Maha Mulia, Maha Esa, Maha
Dibutuhkan/Tempat Bergantung Segala sesuatu, Maha Kuasa, Maha
Menentukan, Maha Mendahulukan, Maha Mengakhirkan, Maha Pertama, Maha
Penghabisan, Maha Nyata, Maha Tersembunyi, Maha Menguasai, Maha Suci :
terpelihara dari segala kekurangan, Maha Dermawan, Maha Penerima
Taubat, Maha Penyiksa, Maha Pemaaf, Maha Pemberi Rahmat, Maha Menguasi
Alam Semesta, Maha Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan, Maha Mengadili,
Maha Mengumpulkan, Maha Tidak Membutuhkan apapun dari selain Diri-NYA,
Maha Pemberi Kekayaan, Maha Pembela atau Maha Penolak, Maha Pemberi
Bahaya, Maha Pemberi Kemanfaatan, Maha Bercahaya, Maha Pemberi
Petunjuk, Maha Pencipta Yang Baru, Maha Kekal, Maha Pewaris, Maha
Cerdas, Maha Penyabar “.
Dengan kesempurnaan bentuk tubuhnya
yang merupakan representasi dari seluruh alam semesta maka ia adalah
wakil dari alam semesta. Namun ia sekaligus adalah makhluk yang dalam
dirinya ada min ruhi, nafas ilahi unsur ketuhanan yang menjadikan
manusia pantas menjadi wakil ALLAH. Oleh karena itulah maka, Adam
(manusia) adalah khalifah ALLAH fil ardh.
Satu lagi keunikan
manusia, adalah kemampuan manusia dalam berbahasa. Ini adalah kemampuan
yang tidak dimiliki oleh mahkluk manapun juga, bahkan oleh malaikat
sekalipun, sperti diceritakan dalam Qur’an Surat Al Baqarah : 30-33 :
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." 33. Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda
ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa
yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Dengan segala kelebihan yang dikaruniakan Tuhan kepadanya, manusia bersedia menerima tawaran Tuhan untuk memikul amanah-NYA.
“Sesungguhnya
KAMI telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al Ahzab : 72) Amanat itu adalah tugas dan peran sebagai : - Abdullah (Hamba Allah) : yaitu tugas untuk menyembah/ beribadah kepada Allah SWT (51:59), secara suka rela. - Khalifatullah fil Ardh (wakil Allah di dunia) (2:30) yaitu peran untuk memakmurkan, dan mengatur kehidupan dunia sesuai petunjuk Allah SWT
|
Views: 758 |
Added by: hftcenter
| Rating: 5.0/1 |
|
|
HFT Page Rank |
|
|
Info Center |
|
|
|